Monday 28 May 2018

PENGENDALIAN PENYAKIT TUNGRO PADA PADI

Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau dari spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus. Serangga penular penyakit virus tungro menularkan penyakit secara non persisten. Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 – 9 hari.  Serangga dapat menularkan virus dengan segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan mempertahankan dalam tubuhnya selama tidak lebih dari 5 hari. 
Setelah itu, serangga menjadi tidak infektif lagi.  Kembali menjadi infektif setelah menghisap tanaman sakit. Nimfa wereng hijau dapat menularkan virus, tetapi  infektif setelah ganti kulit.  Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga maupun melalui biji, tanah, air dan secara mekanis (pergesekan antara tanaman sakit & yang sehat).
Infeksi tungro dapat terjadi mulai persemaian.  Apabila infeksi terjadi pada stadium persemaian maka gejala tungro akan terlihat pada umur 2-3 minggu setelah tanam (mst).  Tanaman muda yang terinfeksi akan merupakan sumber infeksi di lapangan.
Populasi awal imago wereng hijau (migran) mulai menginfestasi tanaman berumur ± 2 mst.  Selanjutnya generasi yang menginfestasi tanaman muda disebut G0, generasi berikutnya generasi G1 dan seterusnya.  Puncak kepadatan populasi tertinggi lebih sering terjadi pada pertengahan fase pertumbuhan tanaman.


GEJALA SERANGAN
Gejala khas serangan Penyakit Tungro yaitu daun berwarna kuning oranye (berbintik-bintik karat berwarna hitam) yang dimulai dari ujung daun selanjutnya berkembang ke bagian bawah. Akibat serangan tungro, jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil serta malai yang terbentuk lebih pendek dan banyak yang hampa,biasanya tinggi tanaman tidak merata. Tingkat berkurangnya jumlah anakan dan kekerdilan tergantung pada saat infeksi dan ketahanan varietas. Gejala lain yaitu terjadinya pemendekan jarak antara pangkal daun atau bahkan berhimpitan atau kadang-kadang satu bidang sehingga terlihat seperti kipas. Serangan tungro di suatu hamparan sawah pada umumnya terlihat berkelompok, suatu indikasi bahwa waktu infeksi berbeda-beda.

III.  PENGENDALIAN
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
a. Waktu tanam secara tepat
Singgang merupakan sumber inokolum virius tungro. Agar terhindar dari infeksi virus tungro yg berasal dari singgang, maka persemaian dilakukan paling tidak 5 hari setelah pengolahan tanah selesai dan tidak adalagi singgang. Tanam diupayakan seawal mungkin sehingga pada saat populasi wereng hijau mencapai puncak. Tanaman padi sudah berumur  > 60 HST & lebih tahan tungro
b. Tanam serempak
Untuk membatasi ketersediaan umur tanaman yang sesuai bagi perkembangan dan penularan virus tungro perlu diupayakan tanam serempak
c. Pergiliran tanam
Dilakukan pergiliran tanaman yang bukan inang virus tungro hal ini dilakukan agar siklus hidup tungro dapat terputus
d. Pergiliran varietas tahan
Wereng hijau dikenal sangat cepat beradaptasi terhadap varietas tahan, dengan demikian melakukan pergiliran varietas tahan dapat mencegah atau menunda munculnya strain/koloni baru
e. Eradikasi
Eradikasi dilakuan untuk menghilangkan atau menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus menekan terjadinya penularan virus tungro lebih lanjut. Sanitasi dilakukan terhadap tanaman yg terserang, tempat tempat seperti rumput yang menjadi inang. Eradikasi/sanitasi dilakukan dengan mencabut dan membenamkannya
f. Penggunaan pestisida
Pada daerah endemis tungro aplikasi insektisida sehari sebelum sebar benih, Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Penggunaan insektisida sistemik butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat terjadi sejak di pesemaian, sebaiknya pencegahan dilakukan dengan antara lain tidak membuat pesemaian di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau di pesemaian dan menggunakan insektisida confidor ternyata cukup efektif. Insektisida hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam serempak.

Refensi :

Monday 21 May 2018

PENGGEREK BATANG PADI & PENGENDALIANNYA

Penggerek batang merupakan salah satu hama tanaman padi yang sering menimbulkan kerusakan dan kehilangan hasil hingga gagal panen. Dimusim kemarau padi rentan serangan hama penggerek batang karena kondisi lingkungan mendukung. Perkembangan hama ini akan semakin pesat jika kondisi cuaca panas dan air tergenang.
Di Indonesia terdapat 6 (enam) spesies penggerek batang padi, tetapi ada 4 (empat) spesies yang dominan yaitu : penggerek batang kuning, penggerek batang padi putih, penggerek batang padi merah jambu, penggerek batang bergaris (Dani et.al, 2012)

GEJALA
Penggerek batang menyerang mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Serangan berdasarkan fase hama penggerek batang padi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Sundep.
Terjadi pada fase vegetatif (pembentukan daun, batang, dan anakan) menyebabkan matinya pucuk di tengah tunas padi. Pucuk yang mati berwarna coklat dan mudah dicabut. Kehilangan pada stadia vegetative tidak terlalu besar, karena tanaman masih dapat membentuk anakan baru.
b. Beluk
Terjadi pada fase generative (pembentukan malai), malai akan mati, berwarna putih bulir padi jadi hampa. Malai mudah dicabut dan pada pangkalnya terdapat bekas gigitan ulat.
Keberadaan penggerek batang ditandai beberapa hal : adanya ngengat (kupu-kupu), kematian tunas tunas padi, kematian malai, adanya larva (ulat) penggerek batang.

CARA PENGENDALIAN
1. Varietas Toleran
Sampai kini belum ada varietas yang benar-benar tahan terhadap penggerek batang. Namun ada beberapa varietas yang relatif toleran, antara lain Cigeulis dan Cibogo
Wahyu, 2017, Melaporkan Varietas Inpari 31 menunjukkan rata-rata populasi terendah hama penggerek batang padi dibanding beberapa varietas padi lainnya.
2.  Teknologi Budidaya
-  Rotasi Tanaman, rotasi tanaman dengan tanaman selain padi dapat mengurangi serangan penggerek batang. Hal ini berlaku untuk penggerek batang padi kuning dan putih, karena keduanya mempunyai tanaman inang pokok yang sama yaitu padi. Namun itu tak berlaku pada tanaman jagung jika penggerek batang padi bergaris dan merah jambu, sebab kedua spesies penggerek batang tersebut dapat hidup pada tanaman jagung pula.
-  Pengaturan Waktu Tanam. Pengaturan waktu tanam berdasarkan populasi atau penerbangan ngengat. Persemaian yang bersamaan puncak penerbangan ngengat akan mengalami serangan penggerek yang tinggi. Karena itu pembuatan persemaian sebaiknya dilakukan minimal 10 hari setelah puncak penerbangan ngengat.
-  Pemupukan Berimbang. Pemupukan N dapat berperan ganda, jika pemupukan N terlalu tinggi menyebabkan perkembangan penggerek batang yang lebih cepat, tetapi pemupukan N juga dapat membantu pemulihan tanaman setelah terserang penggerek. Pemupukan K menyebabkan tanaman lebih kuat atau sehat, sehingga toleran terhadap serangan penggerek batang.
3.  Pengendalian Secara Biologi. Dengan memanfaatkan melalui pelestarian musuh alami, belalang Conochepalus longipennis adalah predator telur penggerek batang, sedangkan predator kupukupu antara lain laba-laba, capung, dan burung.
4. Pengendalian Secara Kimiawi. Untuk daerah endemik berat, penyemprotan insektisida sistemik dipersemaian dan di stadia vegetatif dapat mencegah kerusakan tanaman. distadia generatif aplikasi insektisida cair dapat dilakukan berdasarkan jumlah populasi ngengat. Bahan aktif yang dapat digunakan antara lain karbofuran, tiokloprid, fipronil, dan karbosulfan. Pestisida yang dapat digunakan berbahan aktif yang bersifat racun kontak antara lain dimehipo, bensultaf, mitac dan imidakloprid
5. Pengendalian Secara Mekanik
- Pengambilan kelompok Telur. Pengambilan kelompok telur sebaiknya dilakukan secara intensif sejak di persemaian. Pengambilan kelompok telur setelah tanam akan membutuhkan waktu yang lebih banyak dan banyak telur yang tidak terambil.
- Penangkapan Ngengat. Penangkapan ngengat secara massal silakukan dengan menggunakan lampu petromak. Lampu yang diperlukan sekitar 23 buah/ha.
-  Panen dengan memotong jerami rendah. saat panen banyak penggerek masih di dalam batang belum masuk ke tunggul. Pemotongan jerami saat panen dekat ke tunggul akan mematikan larva, sehingga mengurangi populasi generasi berikutnya.

Pustaka :
Dani et.al, 2012. Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi. BPTP Lampung. Leaflet
Wahyu Maulana et.al, 2017. Respon Beberapa Varietas Padi (Oryza Sativa L.) terhadap Serangan Hama Penggerek Batang Padi dan Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thubn.). Fakultas Pertanian, Universitas Jember.   http://journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor/article/view/2654/2935
Baehaki, 2013. TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jawa Barat.  http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-Baehaki.pdf

Wednesday 16 May 2018

PENGENDALIAN HAMA WALANG SANGIT PADA TANAMAN PADI

Walang sangit (Leptocorisa acuta) hama ini sangat tidak asing bagi petani bahkan sangat akrab, karena dipastikan hama ini selalu rutin menyerang pada tanaman padi setiap musim tanam. Dan daerah serangan hama walang ini sangit merata terjadi diseluruh wilayah Indonesia.


Hama ini memiliki ciri yang sangat khas yaitu, baunya yang menyengat, menyerang tanaman padi pada saat mulai berbunga kerusakan yang ditimbulkannya sangat nyata. Pada tinggakt serangan parah bahkan bisa menyebabkan gagal panen. Binatang ini hidup bersembunyi direrumputan, tuton, paspalum, alang – alang sehingga berinvasi ketanaman padi pada saat tanaman berbunga.
Yang menjadi sasaran hama ini adalah bunga, pada saat tanaman padi berbunga hama walang sangit mulai menyerang, sehingga pada saat tanaman berbuah, isi buah menjadi hampa atau kosong.
 Gambar : Buah padi yang terserang hama walang sangit


 BIOKOLOGI
¦  Telur
Pipih lonjong, Panjang 1 mm, Menjelang menetas berwarna coklat tua atau agak hitam (semula putih), Siklus hidup 35 – 56 hari, Mampu bertelur 200 – 300 butir sepanjang hidupnya, Diletakkan secara berkelompok, satu persatu atau berbaris dalam kelompok sebanyak 10 -12 butir ditepi daun bendera bagian atas secara berjajar.
¦  Nimfa
Nimfa dan imago menghisap bulir padi yang sedang matang susu, Ramping, Sayap belum berkembang penuh, Berwarna hijau terang, kemudian berubah coklat abu – abu
¦  Imago
Panjang 14 – 17, Bersayap, Berwarna coklat, Menghisap bulir padi yang sedang matang susu, Aktif sore dan malam hari, Siang hari bersembunyi dibagian bawah tanaman padi atau rerumputan, Mengeluarkan bau khas apabila walang sangit terganggu
Nimpa setelah menetas bergerak ke malai mencari bulir padi stadia masak susu, bulir yang sudah keras tidak disukai. Nimpa ini aktif bergerak untuk mencari bulir baru yang cocok sebagai makanannya. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari.
Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi perkembangan hama walang sangit.


II.  PENGENDALIAN
a.     Pola tanam
Tanam serempak dalam hamparan sawah yang cukup luas dengan perbedaan waktu tanam paling lama 2 (dua) minggu. Keserentakan tanam disini diartikan sebagai keserentakan padi memasuki tahap / fase masak susu. Dengan demikian periode waktu yang cocok bagi penyerangan walang sangit berlangsung pendek sehingga dapat ditekan resiko dampak serangan hama walang sangit
b.     Sanitasi
Walang sangit mempunyai inang yang cukup banyak berupa tanaman rumput-rumputan. Inang hama walang sangit seperti teki-tekian. Untuk itu sebelum musim tanam padi sampai selesai panen maka harus dilakukan pembersihan terhadap tanaman rumput-rumputan disekitar areal persawahan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif bagi hama walang sangit yang dapat digunakan untuk bertahan hidup atau berkembang sebelum menyerang tanaman padi.
c.      Cara mekanik
Dapat dilakukan pengumpulan serangga dengan menggunakan alat perangkap seperti jaring, lampu perangkap dengan dibagian bawah lampu diberi ember atau baskon yang diisi air setelah tertangkap hama walang sangit kemudian dimusnahkan. Selain itu alat perangkap dapat digunakan perangkap berupa bangkai kepiting, ketam, tulang – tulang dan sebagainya yang dipasang disawah.

d.     Penggunaan insektisida
Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2.
Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap walang sangit adalah yang berbahan aktif fipronil, metolkarb, propoksur, BPMC dan MIPC.
Pengendalian hama walang sangit akan lebih efektif jika dilakukan secara massal

Monday 14 May 2018

MANFAAT & AKIBAT KEKURANGAN HARA N,P, K PADA JAGUNG

Unsur hara N, P & K merupakan unsure hara makro yang jumlahnya banyak dibutuhkan oleh tanaman, kekurangan salah satu unsure hara akan berdampak pada tanaman.

I.  UNSUR HARA NITROGEN (N)
Unsur N (Nitrogen) dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar merupakan unsur hara yang digunakan tanaman untuk pertumbuhan tanaman sehingga dalam memenuhi unsur N tersebut dilakukan pemberian pupuk yang mengandung Nitrogen misalnya Urea, ZA dll

a. FUNGSI NITROGEN (N)
Merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman dan merangsang tumbuhnya anakan,
-   Membuat tanaman menjadi lebih hijau karena banyak mengandung butir-butir hijau daun yang penting dalam fotosintesa.
-   Merupakan bahan penyusun khlorofil , protein, dan lemak. Tetapi bila diberikan N terlalu banyak ke dalam tanah dapat menhambat pembungaan dan pembuahan.
-  Nitrogen sebagai bahan fotosintesis, protein dan asam amino berperan dalam pembentukan sel, jaringan juga organ tanaman. Pada fase pertumbuhan vegetatif kebutuhan tanaman akan N sangat tinggi.  

b. AKIBAT KEKURANGAN NITROGEN
Defisiensi N menyebabkan daun tanaman jagung klorosis hijau kekuningan. Nitrogen bersifat mobile, maka gejala dimulai pada yang lebih tua (daun paling bawah), daun yang lebih rendah dan akan bergerak naik ke daun bagian atas tanaman jika kekurangan terus berlanjut (Gambar b).
Gejala khas muncul pada daun yang menguning berbentuk “V” (Gambar a), mulai dari ujung dan maju ke pelepah menuju dasar daun. Kondisi ini disukai oleh tanah jenuh, tanah kering dan miskin N
Tak hanya pada daun, pada buah tanaman jagung juga unsur Nitrogen mempunyai peranan  yang sangat penting sebagai bahan penyusun khlorofil daun, protein, dan lemak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan besaran takaran dan waktu pemberian pupuk N memberikan pengaruh  pada buah jagung Tanaman jagung yang kekurangan unsur N buah jagung tidak terisi sepenuhnya pada tongkol jagung. biji yang dihasilkan juga kecil – kecil akibat dari proses protein yang tidak sempurna (Gambar c, d)
         

c. AKIBAT KELEBIHAN NITROGEN :

Tak hanya kekurangan, kelebihan unsur hara N pada jagung mengakibatkan jagung lambat berbuah, karena terpacu pada pertumbuhan vegetatif ini di tandai dengan warna daun terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun. Tanaman berbuah tetapi sedikit, biji yang dihasilkan kecil dan ringan

II.  UNSUR HARA FOSFOR (P)
Sama seperti Nitrogen, Fosfor atau yang sering juga disebut Phosfat juga mempunyai peranan yang tak kalah penting, khususnya pada tanaman jagung, menjelang masa generatif memerlukan banyak energi dari fosfor dalam proses pembentukan buah.
Fosfor sangat mobile pada tanaman ketika kekurangan mentranslokasi dari jaringan tanaman tua ke muda. Akibatnya, respon vegetatif awal untuk P sering diamati.
Pupuk fosfor yang beredar dipasaran adalah : TSP, SP-36, SP 18 dan lain lain
Fosfor sangat mobile pada tanaman ketika kekurangan mentranslokasi dari jaringan tanaman tua ke muda. Akibatnya, respon vegetatif awal untuk P sering diamati. pada tanaman dewasa, P lebih banyak diserap pada proses pembentukan buah, di mana pembentukan biji dan buah membutuhkan energi yang tinggi.

a. FUNGSI FORFOR
-  Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistim perakaran yang baik dari benih dan tanaman muda.
- Mempercepat proses pembungaan dan mempercepat proses pemasakan buah, biji.
-  Memperbesar persentase pembentukan bunga menjadi buah atau biji.
-  Sebagai bahan penyusun inti sel, lemak dan protein
-  Bertugas mengedarkan energy keseluruh bagian tanaman

Pada proses pembungaan kebutuhan fosfor akan meningkat drastis karena kebutuhan tanaman akan energi meningkat dan fosfor adalah komponen penyusun enzym dan ATP yang berguna dalam proses tranfer energy

b. GEJALA KEKURANGAN FOSFOR
-  Kekurangan fosfor terlihat dimulai dari daun tua, daun yang muda biasanya masih berwarna hijau (gambar a)
-  Dalam keadaan kekurangan P yang parah, daun, cabang, dan batang berwarna ungu, hingga agak kelabu (gambar a)
- Tepi daun cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap-ungu. Hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil akhirnya rontok (gambar b)
-  Keadaan perakaran tanaman yang kekuranangan P terhambat dan tidak berkembang, tanaman Nampak kurus
-  Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Karena biji tidak terisi secara penuh pada tongkol (gambar c), buah yang dihasilkan lekas matang
-      batangn tanaman jagung menjadi lemah

c. AKIBAT KELEBIHAN UNSUR FOSFOR (P)
Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe), tembaga(Cu), dan seng(Zn) terganggu. gejalanya tak terlihat secara fisik ditanaman.
Tumbuhan kerdil Warna daun berubah menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung-ujung daun

III.  UNSUR HARA KALIUM (K)
Fungsi unsur hara Kalium yang paling penting di tanaman adalah dapat mengaktifkan setidaknya 80 enzim yang mengatur laju reaksi pertumbuhan tanaman utama. K juga mempengaruhi efisiensi penggunaan air pada tanaman.
Unsur hara Kalium (K) yang sudah beredar di pasaran bermacam macam dalam bentuk pupuk cair dan padat yaitu adalah : KCL, ZK dll, atau N P K yang didalamnya sudah terdapat unsur Kalium (K). 

a FUNGSI UNSUR KALIUM (K)
-  Memperlancar fotosintesa,
-  mengatur buka tutup stomata
-  mengatur distribusi air dalam sel dan jaringan.
-  Membantu pengangkutan gula dari untuk pembentukan protein dan karbohidrat,
-  Mengeraskan jerami / batang tanaman,
-  Meninggikan kualitas hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan warnanya),
-  Meningkatkan resistensi tanaman terhadap gangguan OPT dan kekeringan,
-  Pada tanaman, unsur K terkumpul pada titik tumbuh dan berperan mempercepat pertumbuhan jaringan meristimatik.

b.   AKIBAT KURANG KALIUM (K)
-  Kalium satu dari 6 unsur makro yang tersifat mobile, Kekurangan Kalium terdeteksi dari daun paling bawah,  daun mengerut & menguning klorosis, timbul bercak- merah coklat, lalu kering dan mati (Gambar a)
-  Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil,
-  Tanaman mudah patah dan rebah,
-  Bunga mudah rontok, rentan terhadap OPT
-  Daun awalnya mengkerut dan mengkilap, selanjutnya ujung dan tepi daun mulai terlihat kekuningan, menjalar diantara tulang daun. Kemudian tampak bercak- merah coklat dan akhirnya daun mati,
-  Kekurangan K pada buah jagung mengakibatkan buah jagung tidak terisi secara penuh pada tongkol. (Gambar c)

c. AKIBAT KELEBIHAN KALIUM (K)
Kelebihan Unsur Kalium menyebabkan penyerapan Unsur Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensi Unsur Mikro Ca dan Mg terganggu, padahal unsur Ca & Mg sendiri sangat dibutuhkan meski dalam jumlah yang kecil.

Monday 7 May 2018

BUDIDAYA JAGUNG METODE PTT

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) jagung adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan teknologi secara partisipatif bersama petani.
Prinsip utama PTT adalah partisipatif (petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai melalui pembelajaran di Laboratorium Lapang), spesifik lokasi (memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi ), terpadu (pengelolaan sumber daya tanaman, tanah dan air secara terpadu), sinergis (pemanfaatan teknologi terbaik dan memperhatikan keterkaitan antarkomponen teknologi), dan dinamis (penerapan teknologi sesuai perkembangan IPTEK

KOMPONEN PTT JAGUNG
A.    Komponen teknologi dasar adalah sebagai berikut:
1.      Varietas unggul baru, hibrida atau komposit, misalnya dari Hibrida VUB Tahun 2018 varietas P36 Bekisar dari perusahaan raksasa PT.DuPont dengan potensi hasil 13 To/Ha, VUB akan menghasilkan pertumbuhan yang tinggi dan seragam, sehat, tahan terhadap OPT, potensi hasil tinggi beserta mutu.
2.     Benih bermutu dan berlabel, benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh tinggi (>95%) yang umumnya ditemukan pada benih yang berlabel;
3.     Populasi 66-75 ribu tanaman/ha, jarak tanam yang dianjurkan adalah 70-75x20cm (1 biji perlubang), atau 70-75x40cm (2 biji lubang);
4.  Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman. Mengukur kebutuhan hara N menggunakan BWD, sedangkan kebutuhan hara P dan K pada lahan kering diukur dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). dilahan sawah, kebutuhan P dan K diukur dengan peta status hara P dan K skala 1:50.000. Selain itu, pengukuran kebutuhan pupuk dapat dilakukan dengan uji petak omisi. Pupuk N diberikan 2 kali, yaitu 7-10 HST dan 30-35 HST. BWD digunakan pada 40-45 HST
B. Komponen teknologi pilihan adalah sebagai berikut:
  1. Penyiapan lahan, pada lahan kering dilakukan olah tanah sempurna (OTS), dengan dibajak menggunakan traktor, atau cangkul, kemudian digaru dan disisir sampai rata. Pada lahan sawah setelah padi dengan tanpa olah tanah (TOT atau olah tanah minimum Olah tanaman minimum dilakukan sebatas pada area yang tanami saja
  2. Penyiapan saluran drainase di lahan kering di musim hujan, atau saluran irigasi di lahan sawah pada musim kemarau. Pada lahan kering, saluran drainase dibuat pada saat penyiangan pertama menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur. Pada lahan sawah, saluran irigasi yang dibuat untuk setiap 2 baris tanaman lebih efisien dibandingkan untuk setiap baris tanaman;
  3. Pemberian bahan organik, berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos atau humus. Pupuk organik dapat diberikan sebagai penutup lubang tanam benih dengan takaran 2-3 t/ ha;
  4. Pembumbunan, dilakukan bersamaan penyiangan pertama dan pembuatan saluran atau setelah pemupukan kedua (35 HST) bersamaan dengan penyiangan ;
  5. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis atau menggunakan herbisida kontak. Penyiangan pertama menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur, penyiangan kedua dilakukan menggunakan cara yang sama atau menggunakan herbisida;
  6. Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan berdasarkan pengendalian secara terpadu; Melakukan Identifikasi jenis dan populasi hama oleh petani dan atau pengamat OPT di lapangan, Mengusahakan tanaman selalu sehat, Penggunaan varietas tahan, Pengendalian Secara fisik dan mekanis, Penggunaan pestisida kimia secara bijaksana
  7. Panen tepat waktu dan pengeringan segera. Panen dilakukan jika kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji mengeras dan terbentuk lapisan hitam sebesar minimal 50% pada setiap baris biji. Tongkol yang telah dipanen segera dijemur Pemipilan biji setelah tongkol kering (kadar air biji + 20%) dengan alat pemipil. 9 Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 15%
 Keuntungan Penerapan Metode PTT
1.      Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani.
2.  Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi.
3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.


Pustaka :
Deptan, 2016. Pedoman Umum PTT Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.  
Sumber Gambar :
B. = http://cybex.pertanian.go.id