Serangga penular penyakit tungro terutama adalah
wereng hijau dari spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus. Serangga
penular penyakit virus tungro menularkan penyakit secara non
persisten. Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 – 9 hari. Serangga dapat menularkan virus dengan segera
dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan mempertahankan dalam tubuhnya
selama tidak lebih dari 5 hari.
Setelah itu, serangga menjadi tidak infektif
lagi. Kembali menjadi infektif setelah
menghisap tanaman sakit. Nimfa wereng hijau dapat menularkan virus, tetapi infektif setelah ganti kulit. Virus tidak dapat ditularkan melalui telur
serangga maupun melalui biji, tanah, air dan secara mekanis (pergesekan antara tanaman sakit & yang sehat).
Infeksi tungro dapat terjadi mulai persemaian. Apabila infeksi
terjadi pada stadium persemaian maka gejala tungro akan terlihat pada umur 2-3 minggu setelah tanam (mst).
Tanaman muda yang terinfeksi akan merupakan sumber infeksi di lapangan.
Populasi awal imago wereng hijau (migran) mulai
menginfestasi tanaman berumur ± 2 mst.
Selanjutnya generasi yang menginfestasi tanaman muda disebut G0,
generasi berikutnya generasi G1 dan seterusnya.
Puncak kepadatan populasi tertinggi lebih sering terjadi pada
pertengahan fase pertumbuhan tanaman.
GEJALA
SERANGAN
Gejala khas serangan Penyakit Tungro yaitu daun
berwarna kuning oranye (berbintik-bintik karat berwarna hitam) yang dimulai
dari ujung daun selanjutnya berkembang ke bagian bawah. Akibat serangan tungro,
jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil serta malai yang terbentuk lebih pendek
dan banyak yang hampa,biasanya tinggi tanaman tidak merata. Tingkat
berkurangnya jumlah anakan dan kekerdilan tergantung pada saat infeksi dan
ketahanan varietas. Gejala lain yaitu terjadinya pemendekan jarak antara
pangkal daun atau bahkan berhimpitan atau kadang-kadang satu bidang sehingga
terlihat seperti kipas. Serangan tungro di suatu hamparan sawah pada umumnya
terlihat berkelompok, suatu indikasi bahwa waktu infeksi berbeda-beda.
III. PENGENDALIAN
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat
dikendalikan artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian
bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng
hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh
pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu
yang meliputi :
a.
Waktu tanam secara tepat
Singgang merupakan sumber inokolum virius
tungro. Agar terhindar dari infeksi virus tungro yg berasal dari singgang, maka
persemaian dilakukan paling tidak 5 hari setelah pengolahan tanah selesai dan
tidak adalagi singgang. Tanam diupayakan seawal mungkin sehingga pada saat
populasi wereng hijau mencapai puncak. Tanaman padi sudah berumur > 60 HST & lebih tahan tungro
b.
Tanam serempak
Untuk membatasi ketersediaan umur tanaman
yang sesuai bagi perkembangan dan penularan virus tungro perlu diupayakan tanam
serempak
c.
Pergiliran tanam
Dilakukan pergiliran tanaman yang bukan
inang virus tungro hal ini dilakukan agar siklus hidup tungro dapat terputus
d.
Pergiliran varietas tahan
Wereng hijau dikenal sangat cepat
beradaptasi terhadap varietas tahan, dengan demikian melakukan pergiliran
varietas tahan dapat mencegah atau menunda munculnya strain/koloni baru
e.
Eradikasi
Eradikasi dilakuan untuk menghilangkan atau
menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus menekan terjadinya penularan virus
tungro lebih lanjut. Sanitasi dilakukan terhadap tanaman yg terserang, tempat
tempat seperti rumput yang menjadi inang. Eradikasi/sanitasi dilakukan dengan
mencabut dan membenamkannya
f.
Penggunaan pestisida
Pada daerah endemis tungro aplikasi
insektisida sehari sebelum sebar benih, Penggunaan pestisida
dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada
pertanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar ke pertanaman lain
dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Penggunaan
insektisida sistemik butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah penularan
tungro. Mengingat infeksi virus dapat terjadi sejak di pesemaian, sebaiknya
pencegahan dilakukan dengan antara lain tidak membuat pesemaian di sekitar
lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau di pesemaian dan menggunakan
insektisida confidor ternyata cukup efektif. Insektisida hanya efektif menekan
populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam serempak.