Monday 11 June 2018

PEMUPUKAN BERIMBANG NITROGEN DENGAN BWD PADA JAGUNG

Gambar Tanaman Jagung : Kiri kekurangan Nitrogen, Kanan Cukup


Pemberian hara nitogen (N) yang tidak seimbang dengan kebutuhan tanaman baik jumlah dan waktu pemberiannya akan menyebabkan kehilangan N dalam tanah yang menyebabkan rendahnya efisiensi penggunaan N. Upaya mensinkronkan waktu pemberian dan kesesuaian takaran N yang dibutuhkan tanaman adalah dengan pemantauan Kecukupan hara N tanaman.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan kecukupan hara N pada tanaman jagung adalah menggunakan bagan warna daun (BWD).

BAGAN WARNA DAUN (BWD)
BWD adalah alat berbentuk persegi panjang dengan 4 kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, alat ini digunakan untuk menetukan kebutuhan hara Nitrogen pada tanaman padi dan jagung.
Cara penggunaannya adalah dengan membandingkan warna daun pada tanaman padi atau jagung dengan warna pada panel, dan pada skala berapa warna daun tersebut berada (2, 3, 4, 5).

PEMUPUKAN N DENGAN BWD
Pemupukan Nitrogen (N) pada tanaman jagung  diawal tanamn (5-7 hari setelah tanam) dengan takaran 50 Kg/Ha seharusnya akan membuat tanaman jagung tidak kekurangan unsure hara Nitrogen (N) pada awal pertumbuhan.
Titik kritis kecukupan hara Nitrogen pada tanaman jagung berdasarkan nilai Skala BWD bergantung pada varietas dari tanaman jagung itu. Pada jagung hibrida titik kritis kecukupan hara Nitrogen  V6-V10 adalah pada skala 4,55 dan fase V12-VT pada skala 4,65. Sedangkan untuk jagung jenis komposit ada pada skala 4,45 pada fase V6-V12 dan skala 4,5 pada fase VT.
pemupukan N berdasarkan BWD hanya akurat pada fase V10-VT. Karena itu penggunaan BWD dilakukan pada fase V10-VT. 

Pemupukan N (urea) pada tanaman jagung dilakukan secara bertahap, yaitu:
1.     Awal pertanaman (+ 7 hari setelah tanam), tanaman dipupuk N (urea) sebanyak 50 kg N (111 kg urea) per ha bersamaan dengan pupuk P dan K sesuai      rekomendasi setempat.
2.     Pada umur 28 - 30 hari dipupuk lagi sebanyak 75 kg N (167 kg urea) per ha.
3.   Pada umur 40 - 50 hari setelah tanam (tergantung varietas) dilakukan pemantauan warna daun menggunakan BWD
4.  Tambahan pemberian pupuk urea berdasarkan hasil pemantauan segera dilakukan, dengan takaran disesuaikan seperti pada Tabel 1

PENGGUNAAN BWD
Metode pengukuran dengan BWD adalah sebagai berikut:
-  pengukuran dilakukan pagi hari tanpa tenggang waktu antara sampel yang diamati.
-  tanaman tidak dalam kondisi cekaman kekeringan
-  Pilih 20 tanaman secara acak pada setiap petakan lahan;
-  Daun yang akan dipantau warnanya adalah daun yang terbuka sempurna (daun ke tiga dari atas);
-  Lindungi daun yang dipantau warnanya dengan membelakangi matahari agar BWD tidak terkena matahari sehingga penglihatan tidak silau;
-  Letakkan daun di atas BWD. Bagian daun yang dipantau adalah sekitar 1/3 dari ujung daun, kemudian warna daun dibandingkan dengan warna BWD, skala yang paling sesuai dengan warna daun dicatat. BWD mempunyai nilai skala 2 – 5. Jika warna daun berada di antara skala 2 dan 3 gunakan nilai 2,5 di antara 3 dan 4 gunakan nilai 3,5 dan di antara 4 dan 5 gunakan nilai 4,5;
-  Rata-ratakan nilai skala dari 20 daun yang diamati. Nilai rata-rata skala digunakan untuk menentukan tambahan takaran pupuk urea sesuai

Ketepatan Skala pengukuran hara N menggunakan BWD bergantung pada tingkat akurasi pengukuran.
SKALA
N (Kg/Ha)
UREA (Kg/Ha)
4,0
86
192
4,1
78
174
4,2
69
155
4,3
60
133
4,4
48
107
4,5
31
70
4,6
0
0


Keterangan :
1. Fase perkecambahan
2. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)
3. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)
4. Fase V11-Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11-daun terakhir 15-18)
5. Fase Tasseling VT (berbunga jantan)
6. Fase R1 (silking)
7. Fase R2 (Blister)
8. Fase R3 (masak susu)
9. Fase R4 (dough)
10. Fase R5 (pengerasan biji)
11. Fase R6 (masak fisiologis)


Sumber :
Syafruddin et.al, 2007. Petunjuk penggunaan BWD pada tanaman jagung
Syafruddin et.al, Pengelolaan hara pada tanaman jagung. Balit Serealia, Maros
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/11/satuempat.pdf


No comments:

Post a Comment