Penerapan Indeks pertanaman (IP) 400 atau
empat kali tanam dalam satu tahun khususnya pada lahan kering bisa diwujudkan melalui metode tanam sisip
(Relay Planting), 15 hari sebelum panen pertanaman pertama. Varietas yang dianjurkan
adalah hibrida yang umurnya < 100 hari. Dalam penerapan IP 400,
berarti penanaman dilakukan empat kali dan panen dilakukan empat kali. Jika
menggunakan varietas berumur lebih dari 100 hari berarti waktu yang diperlukan
sampai panen diperlukan lebih dari 400 hari, sementara satu tahun terdiri atas
365 hari. Dengan cara Relay Planting atau tanam sisip 15 hari sebelum
pertanaman pertama dipanen, maka waktu yang diperlukan berkisar antara 340-350
hari selama setahun.
Salah satu keuntungan Penerapan IP 400
jagung adalah menghemat biaya produksi karena pengolahan tanah dilakukan sekali
untuk pertanaman pertama (I), sementara pertanaman II, III, dan IV tidak perlu
dilakukan pengolahan tanah.
I. PERTANAMAN I
Kunci dari awal penerapan IP400 pada
tanaman jagung adalah pengaturan waktu tanam yang tepat. Sehingga pertanaman
dapat dilakukan 4 kali setahun.
pada periode pertanaman I, Pada tanaman jagung umur 15 hari sebelum
panen, sudah dapat dilkukan penyisipan jagung diantara barisan jagung.
II.
PERTANAMAN KE II (TANAMAN SISIP)
Gambar Tanaman jagung yang
telah tumbuh
Pada pertanaman II, setelah benih tumbuh
7-10 hari setelah tanam, daun tanaman dari pertanaman I dipangkas pada bagian
atas tongkolnya untuk mempercepat pengeringan tongkol selain memberikan peluang
bagi pertanaman II yang baru tumbuh untuk mendapatkan sinar matahari penuh.
Hasil berangkasan tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian digunakan untuk mulsa penutup
tanah. Pemupukan I dilakukan sesaat setelah pemangkasan daun di bagian atas
tongkol tersebut. Pemupukan II dilakukan setelah tanaman berumur 30-35 hari
setelah tanam. Setelah ertanaman II berumur 30-35 hari setelah tanam. Setelah
pertanaman II berumur 15 hari dan klobot pertanaman I telah mengering, segera
dilakukan panen dan pemangkasan batang.
Gambar : Tanaman jagung
hasil tanam sisip
Setelah Pertanaman jagung
I dipanen, lakukan pemupukan segera
setelah tanaman I ditebang, agar pertumbuhan tanaman jagung terpacu.
III.
PENERAPAN LEGOWO
Berbeda dengan padi,
tanaman jagung tidak membentuk anakan sehingga penerapan sistem legowo pada
tanaman jagung lebih diarahkan kegunaannya pada:
1. Meningkatkan
penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil asimilat
meningkat sehingga pengisian biji dapat optimal.
2. Memudahkan pemeliharaan
tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida,
pemupukan, serta pemberian air.
3. Memudahkan penanaman untuk
pertanaman II dengan sistem tanam sisip yang dilakukan 2 minggu sebelum
pertanaman I dipanen (khusus untuk wilayah potensial penanaman jagung 2 kali
berturut-turut) sehingga menghemat periode pertumbuhan tanaman di lapangan
Menentukan Jarak Tanam
Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah
berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha. Untuk dapat tercapainya populasi
tersebut, maka jarak tanam biasa yang diterapkan adalah 75 cm x 20 cm (1
tanaman/lubang) atau 70 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). Pada wilayah yang
mempunyai masalah tenaga kerja, dapat diterapkan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2
tanaman/lubang) atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang). Jika penanaman dilakukan
dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000 –
71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1. (100
- 50) cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau (100 – 50) cm x 40 cm (2
tanaman/lubang) (populasi 66.000 tanaman/ha) (Gambar 1)
2. (100
- 40) cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau (100 – 40) cm x 40 cm (2
tanaman/lubang (populasi 71.000 tanaman/ha) (Gambar 2)
Cara A diterapkan jika
varietas jagung yang ditanam mempunyai penampilan tanaman yang tinggi dan helai
daun terkulai, sedangkan cara B diterapkan jika tanaman mempunyai tipe tumbuh
pendek dan helai daun tegak. Jarak tanam dalam barisan adalah 20 cm atau 40 cm.
Jika menggunakan jarak tanam 20 cm maka satu tanaman per lubang, dan jika jarak
tanam 40 cm jumlah tanaman dua per lubang.
Gambar : 1
Untuk penanaman berikutnya
(pertanaman kedua) maka sistem tanam sisip dapat diterapkan, yaitu dengan
menanam pada barisan kosong pertanaman dua minggu menjelang pertanaman I
dipanen (lihat Gambar 2). Dengan penerapan tanam sisip maka ada penghematan
waktu pemanfaatan lahan, dan juga pemanfaatan air. Cara penanaman untuk
pertanaman II, seperti pada Gambar 2.
Gambar : 2
Keterngan :
X = Pertanaman I (Saat 2 Minggu Sebelum panen)
X = Pertanaman I (Saat 2 Minggu Sebelum
Pertanaman I dipanen)
Referensi :
Balai
Penelitian Tanaman Serealia, Maros Sulsel
Indonesia
No comments:
Post a Comment