Tuesday 26 June 2018

10 UNSUR PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PADI

10 Paket tehnologi merupakan anjuran tekhologi padi yang telah dilakukan sejak lama jauh sebelum Istilah PTT seperti yang dikenal sekarang ini. Adapun 10 Paket tehnologi tersebut dan penerapannya adalah :
1.   Penggunaan benih unggul
Penggunaan benih unggul dapat meningkatkan produksi 30 – 40%. Benih padi yang ditanam secara berulang sehingga kemampuan produktivitasnya semakin menurun. Benih unggul yang dimaksud adalah berlabel, bebas hama penyakit, potensi produksi lebih tinggi, mempunyai ketahanan terhadap OPT tertentu dan berumur genjah.
2.   Pergiliran varietas
Pergiliran varietas perlu dilakukan selain menghindari adanya serangan hama dan penyakit secara eksplosif (luar biasa)  karena ketahanan tanaman terhadap hama & penyakit semakin menurun, juga untuk memilih varietas padi yang potensi hasilnya (kualitas) tinggi dan memenuhi selera konsumen yang semakin variatif.
3.   Pengolahan tanah yang baik dan benar
Agar tanaman padi tumbuh secara baik, perakarannya bagus mudah menyerap unsur hara maka perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik dan benar yaitu : Bajak 1 kali dan rotary 2 kali dengan persiapan sebelum tanam minimal 1 bulan.
4.   Pengaturan pola tanam
Untuk mempertahankan stabilitas tanah dan menjaga ketersediaan unsur hara secara berkesinambungan pada tanah, maka perlu dilakukan pengaturan pola tanam pada lahan sawah dengan memperhatikan tipologi sawah, curah hujan dukungan tehnologi yang mudah diterapkan serta analisa usaha tani. Pengaturan pola tanam yang dapat dilakukan yaitu :
~ Padi – padi – palawija
~ Padi – Palawija – padi
Padi – Kedelai, akan membantu menyediakan unsur hara Nitrogen pada tanah, karena kedelai mampu menyerap unsure hara nitrogen dari udara.
Tanaman palawija golongan kacang – kacang akan membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
5.   Pengaturan jarak tanam
Pengaturan jarak tanam perlu dilakukan untuk  mengatur peranakan padi, menghindari tumbuhnya gulma, menghindari timbulnya penyakit, hama dan untuk memudahkan dalam melakukan pemeliharaan
Pengaturan jarak tanam bisa dilakukan dengan sistim tegel atau legowo, baik itu legowo 2:1, legowo 3:1 dan legowo 4:1. Selain menambah populasi tanaman, meminimalisir serangan hama utamanya hama tikus
6.   Pemupukan berimbang
Unsur hara dalam  tanah semakin berkurang akibat cara usaha tani yang tidak tepat. Untuk itu pemberian hara pada tanaman melalui tanah sangat diperlukan untuk menunjang tanaman dalam proses pertumbuhan.
Pemupukan berimbang dilakukan dengan memperhatikan 6 (enam) tepat yaitu : tepat jenis, mutu, dosis, cara, waktu dan harga. 
Waktu dan dosis pemupukan :
§  Pupuk organik dan Kaptan Superfosfat (KSP) diaplikasikan pada saat pengolahan tanah terakhir atau paling lambat sebelum tanam
§  Pupuk Urea 3 kali yaitu :
-            1/3 dosis umur 0 – 7 HST
-            1/3 dosis umur 3 – 4 MST
-            1/3 umur 6 – 7 MST
Pemupukan yang baik adalah pemupukan 3 kali, sehingga ketersediaan unsur hara tanaman padi tercukupi hingga proses tanaman berproduksi
§  Pupuk SP-36 1 kali umur 0 – 7 hari setelah tanam
§  Pupuk KCL 2 kali :
-       1/2 dosis umur 0 – 7 HST
-       1/2 dosis umur 3 – 4 MST atau 6 -7 MST
7.     Pengunaan Zat Perangsang Tumbuh
Pengunaan ZPT atau PPC penting untuk memacu pertumbuhan padi & meningkatkan kualitas gabah/beras, karena mengandung unsur mikro yang dapat berfungsi sebagai katalis atau pemacu. PPC dan ZPT memberikan nutrisi lebih pada tanaman lewat daun, sehingga kebutuhan nutrisi tanaman akan dibantu lewat mulut daun
8.     Pengaturan pemberian air
Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air hendaknya diatur dengan cara sebagai berikut:
i.       Tanaman Padi yang berumur 0-8 hari kedalaman air cukup 5 cm
ii.     Tanaman yang berumur 8-45 hari kedalaman air  10-20 cm.
iii. padi yang sudah berbuah / bulir padi sudah ada dan mulai menguningkedalaman air dapat ditambah hingga 25 cm. Setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
iv.  Tanaman padi sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat masak/ menguning serempak.
9.      Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama penyakit tanaman tepat cara, waktu dan sasaran. Dewasa ini PHT atau Pengendalian hama terpadu adalah unsur penerapan teknologi dalam hal pengendalian OPT, Pengendalian ini lebih mengutamakan factor kelestarian lingkungan dengan penggunaan pestisida yang sebijak mungkin.
10.   Panen dan Pasca penen
Panen dan pasca panen meliputi cara panen yang benar agar dapat mengurangi kehilangan hasil pada saat panen dan penyimpanan yang tepat seperti pengeringan dan pengemasan pada pasca panen

Monday 18 June 2018

HAMA WERENG COKLAT & PENGENDALIANNYA

Hama wereng batang coklat (WBC) menularkan juga penyakit virus kerdil hampa (VKH),  virus kerdil rumput tipe 1 (VKRT-I) dan virus kerdil rumput tipe 2 (VKRT-2). Pada saat vegetatif VKH menyebabkan daun rombeng, tercabik, koyak, atau bergerigi, terkadang berwarna putih. Saat keluar malai tidak normal  (tidak keluar penuh), daun bendera terjadi distorsi. Saat pematangan buah tidak mengisi  dan menjadi hampa

I.  BIOKOLOGI
 
¦  Telur :
Berwarna putih, Bentuknya seperti pisang, Diletakkan secara berkelompok 8 – 16 Butir dalam jaringan pelepah daun, Jumlah telur 100 – 600/ekor serangga betina, Stadium telur 7 – 10 Hari
¦  Nimfa :
Nimfa muda umumnya berwarna putih semakin tua semakin coklat, Stadium Nimfa 12 – 15 hari
¦  Imago :
§  Dewasa berwarna coklat tua atau coklat muda
§  Warna sayap berbintik – bintik pada bagian pertemuan sayap depan
§  Bentuk brakiptera (bersayap pendek) lebih berperan untuk berkembang biak
§  Siklus hidup berlangsung sekitar 25 hari
§  Makoptera (bersayap panjang), sangat tertarik cahaya lampu
§  Umur serangga dewasa 18 – 28 hari

II.  GEJALA SERANGAN
Hama WBC yang berkembang pada tanaman padi ketika membentuk anakan dimulai oleh wereng bersayap panjang yang berpindah dari tempat lain. Jika wereng yang berkembang pada tanaman padi yang berumur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka WBC bisa berkembang biak menjadi dua generasi. Tetapi bila wereng yang menyerang tanaman padi yang berumur 5-6 minggu setelah tanam, wereng yang berkembang biak hanya satu generasi yang puncak populasinya terjadi pada padi umur 9-10 minggu setelah tanam.
Pengamatan hama wereng harus dilakukan secara intensif dan rutin. Jangka waktu pengamatan minimal 3 hari sekali dan jika ada gejala muncul wereng segera dihitung populasinya.Jika populasi per rumpun 7-9 segera diatasi dengan pengendalian pestisida baik secara hayati maupun kimiawi.
Serangga dewasa dan nimfa menghisap cairan tanaman menyebabkan pertumbuhan kerdil dan daun menjadi kekuningan dan kering

III.  PENGENDALIAN
1.     Tanam Padi Secara Serentak
Tanam padi serentak dalam areal luas tanpa batasan batas administrasi..  Bila suatu daerah panen atau puso maka wereng makroptera (bersayap panjang) akan terbang bermigrasi mencari tanaman muda dalam populasi tinggi, hinggap  (landing) dan berkembang biak pada tanaman padi muda. 
2.    Penggunaan Varietas Tahan
Saat ini, biotipe wereng coklat yang berkembang di lapang didominasi oleh biotipe 3 dan dibeberapa tempat telah ada biotipe 4 sehingga memerlukan varietas unggul baru (VUB) yang memiliki ketahanan terhadap biotipe tersebut. Badan Litbang Pertanian telah menyediakan beberapa VUB yang tahan terhadap biotipe tersebut, yaitu Inpari 13, Inpari 31 dan Inpari 33.
3.    Perangkap Lampu (Light traps)
Wereng yang pertama kali datang dipesemaian atau pertanaman adalah wereng makroptera betina/jantan imigran.  Pasang lampu perangkap (Gb.1) sebagai alat untuk menentukan kapan datangnya wereng imigran.  Alat ini penting untuk mengetahui kehadiran wereng imigran dan dapat menangkap wereng dalam jumlah besar. 
4.    Waktu Pesemaian  Padi
Bila datangnya wereng imigran tidak tumpang tindih antara generasi maka  pesemaian hendaknya dilakukan pada 15 hari setelah puncak imigran. 
Bila datangnya wereng dari generasi yang tumpang tindih, maka akan terjadi bimodal (dua puncak). Pesemaian hendaknya dilakukan pada 15 hari setelah puncak imigran ke-2.
5.    Tuntaskan Pengendalian Pada Generasi 1
·    Saat ada imigran makroptera generasi nol (G0) dan saat generasi ke 1 (G1) yaitu nimfa-nimfa yang muncul dari wereng imigran
·       Gunakan insektisida bahan aktif Pymetrozine, dinotefuran.
·     Pengendalian wereng harus selesai generasi ke 1, paling lambat digenerasi ke 2.
·       Pengendalian saat generasi ke 3 tidak akan berhasil.
6.    Pengamatan Wereng Coklat di Pertanaman
Pengamatan atau Monitoring wereng coklat  pada 1-2 minggu sekali.
7.    Penggunaan Insektisida
- Pengendalian dengan insektisida apabila dijumpai wereng coklat 10 ekor/rumpun pada tanaman berumur < 40 HST atau 20 ekor/rumpun pada tanaman berumur ≥ 40 HST.
-  Keringkan sawah sebelum aplikasi insektisida
-  Aplikasi insektisida antara pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00.
-  Insektisida berbahan aktif Pymetrozine, dinotefuran
8.   Pengaturan pola tanam
Melakukan tanaman serentak, pergiliran tanaman dan pergiliran varietas. Wereng coklat inangnya hanya padi untuk memutus siklus hidup adalah pergiliran tanaman bukan padi
9.   Pemupukan Nitrogen Berimbang
Menghindari pemupukan N (nitrogen) berlebihan, karena memperparah serangan.
10. Melakukan penanaman varietas padi berumur pendek
11.  Eradikasi
Eradikasi/sanitasi dilakukan apabila ditemukan serangan virus kerdil rumput dan virus kerdil hampa dengan cara mencabut lalu dimusnahkan


Referensi :

Strategi Pengendalian hama Wereng Batang Coklat, virus kerdil rumput dan virus kerdil hampa

https://jabar.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-teknologi/625-strategi-pengendalian-hama-wereng-batang-cokelat

Monday 11 June 2018

PEMUPUKAN BERIMBANG NITROGEN DENGAN BWD PADA JAGUNG

Gambar Tanaman Jagung : Kiri kekurangan Nitrogen, Kanan Cukup


Pemberian hara nitogen (N) yang tidak seimbang dengan kebutuhan tanaman baik jumlah dan waktu pemberiannya akan menyebabkan kehilangan N dalam tanah yang menyebabkan rendahnya efisiensi penggunaan N. Upaya mensinkronkan waktu pemberian dan kesesuaian takaran N yang dibutuhkan tanaman adalah dengan pemantauan Kecukupan hara N tanaman.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan kecukupan hara N pada tanaman jagung adalah menggunakan bagan warna daun (BWD).

BAGAN WARNA DAUN (BWD)
BWD adalah alat berbentuk persegi panjang dengan 4 kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, alat ini digunakan untuk menetukan kebutuhan hara Nitrogen pada tanaman padi dan jagung.
Cara penggunaannya adalah dengan membandingkan warna daun pada tanaman padi atau jagung dengan warna pada panel, dan pada skala berapa warna daun tersebut berada (2, 3, 4, 5).

PEMUPUKAN N DENGAN BWD
Pemupukan Nitrogen (N) pada tanaman jagung  diawal tanamn (5-7 hari setelah tanam) dengan takaran 50 Kg/Ha seharusnya akan membuat tanaman jagung tidak kekurangan unsure hara Nitrogen (N) pada awal pertumbuhan.
Titik kritis kecukupan hara Nitrogen pada tanaman jagung berdasarkan nilai Skala BWD bergantung pada varietas dari tanaman jagung itu. Pada jagung hibrida titik kritis kecukupan hara Nitrogen  V6-V10 adalah pada skala 4,55 dan fase V12-VT pada skala 4,65. Sedangkan untuk jagung jenis komposit ada pada skala 4,45 pada fase V6-V12 dan skala 4,5 pada fase VT.
pemupukan N berdasarkan BWD hanya akurat pada fase V10-VT. Karena itu penggunaan BWD dilakukan pada fase V10-VT. 

Pemupukan N (urea) pada tanaman jagung dilakukan secara bertahap, yaitu:
1.     Awal pertanaman (+ 7 hari setelah tanam), tanaman dipupuk N (urea) sebanyak 50 kg N (111 kg urea) per ha bersamaan dengan pupuk P dan K sesuai      rekomendasi setempat.
2.     Pada umur 28 - 30 hari dipupuk lagi sebanyak 75 kg N (167 kg urea) per ha.
3.   Pada umur 40 - 50 hari setelah tanam (tergantung varietas) dilakukan pemantauan warna daun menggunakan BWD
4.  Tambahan pemberian pupuk urea berdasarkan hasil pemantauan segera dilakukan, dengan takaran disesuaikan seperti pada Tabel 1

PENGGUNAAN BWD
Metode pengukuran dengan BWD adalah sebagai berikut:
-  pengukuran dilakukan pagi hari tanpa tenggang waktu antara sampel yang diamati.
-  tanaman tidak dalam kondisi cekaman kekeringan
-  Pilih 20 tanaman secara acak pada setiap petakan lahan;
-  Daun yang akan dipantau warnanya adalah daun yang terbuka sempurna (daun ke tiga dari atas);
-  Lindungi daun yang dipantau warnanya dengan membelakangi matahari agar BWD tidak terkena matahari sehingga penglihatan tidak silau;
-  Letakkan daun di atas BWD. Bagian daun yang dipantau adalah sekitar 1/3 dari ujung daun, kemudian warna daun dibandingkan dengan warna BWD, skala yang paling sesuai dengan warna daun dicatat. BWD mempunyai nilai skala 2 – 5. Jika warna daun berada di antara skala 2 dan 3 gunakan nilai 2,5 di antara 3 dan 4 gunakan nilai 3,5 dan di antara 4 dan 5 gunakan nilai 4,5;
-  Rata-ratakan nilai skala dari 20 daun yang diamati. Nilai rata-rata skala digunakan untuk menentukan tambahan takaran pupuk urea sesuai

Ketepatan Skala pengukuran hara N menggunakan BWD bergantung pada tingkat akurasi pengukuran.
SKALA
N (Kg/Ha)
UREA (Kg/Ha)
4,0
86
192
4,1
78
174
4,2
69
155
4,3
60
133
4,4
48
107
4,5
31
70
4,6
0
0


Keterangan :
1. Fase perkecambahan
2. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)
3. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)
4. Fase V11-Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11-daun terakhir 15-18)
5. Fase Tasseling VT (berbunga jantan)
6. Fase R1 (silking)
7. Fase R2 (Blister)
8. Fase R3 (masak susu)
9. Fase R4 (dough)
10. Fase R5 (pengerasan biji)
11. Fase R6 (masak fisiologis)


Sumber :
Syafruddin et.al, 2007. Petunjuk penggunaan BWD pada tanaman jagung
Syafruddin et.al, Pengelolaan hara pada tanaman jagung. Balit Serealia, Maros
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/11/satuempat.pdf


Wednesday 6 June 2018

PANEN DAN PASCA PANEN JAGUNG


Perlakuan panen dan pasca panen pada tanaman jagung diperlukan untuk memperoleh jagung bermutu tinggi dan memperkecil kehilangan hasil. Akibat penanganan yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan biji sehingga menurunkan mutu dan harga jagung. 

PANEN
Umur jagung dipanen bervariasi tergantung dari jenis varietas  jagung tersebut, namun secara umum jagung dapat dipanen dengan tanda-tanda : bila kelobot telah berwarna kuning, biji telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan ibu jari tidak lagi meninggalkan bekas tekanan pada biji jagung, pada kondisi tersebut kadar air pada jagung sudah mencapai  sekitar 35%. Cara lain untuk menentukan tingkat kematangan jagung adalah terbentuknya lapisan berwarna hitam pada butiran (black layer tissue formation), terbentuk dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran.
Pemanenan jagung dilakukan pada kondisi cuaca cerah, dengan tujuan agar hasil panen jagung bisa langsung dijemur dan mendapat sinar matahari yang cukup.

PENGERINGAN
Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan aman untuk disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi. Disamping itu tujuan pengeringan adalah memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan, kadar air jagung yang memenuhi standar mutu perdagangan adalah 14%. Untuk biji yang akan disimpan kadar air sebaiknya 13%, dimana jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah.
Pengeringan jagung dilakukan dalam 2 tahap yaitu :.
a  Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pemipilan jagung, sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan terlebih dahulu dapat menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan pengerjaannya lambat. Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan tidak menimbulkan kerusakan.
b. Pengeringan kedua.
Pengeringan kedua dilakukan setelah jagung selasai dipipil, jagung dijemur dibawah matahari sampai kadar air 13% sehingga tahan untuk disimpan.

Pengeringan dengan sinar matahari sebaiknya dari pukul 08.00-11.30, dan lamanya pengeringan sekitar 3 hari bila cuaca cerah. Gunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur, terpal dan sebagainya. Cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dianggap baik karena kadar air jagung tidak turun secara drastis sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis, seperti alat pengering jenis batch dryer, pengeringan bertingkat, dan lain-lain. Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperatur udara tertentu sesuai dengan tujuan pengeringan.

PEMIPILAN
Pemipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%, yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar air tersebut lebih mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan. Alat pemipil yang lebih maju yaitu yang disebut corn sheller yang dijalankan dengan motor.

PENYIMPANAN
Jagung pipilan dapat disimpan dalam karung plastik, kantong plastic dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara tersebut pada kadar air maksimum 14%. Jika diatas 14% bisa muncul cendawan. Sedangkan penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam karung. Penyimpanan benih jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan.

STANDAR MUTU JAGUNG
SNI telah menetapkan standar mutu untuk produk jagung, baik untuk pangan maupun pakan. Penetapan standar mutu jagung dilakukan berdasarkan berbagai kriteria seperti warna dengan ketentuan dan penggunaan sebagai berikut :
Warna         : - Jagung kuning apabila sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning
                     - Jagung putih apabila sekurang-kurangnya 90% bijinyaberwarna putih
Penggunaan  : - Benih
- Nonbenih

Klasifikasi dan penentuan standar mutu jagung dibagi atas duapersyaratan yaitu persyaratan umum dan khusus (Warintek (2007) dalam Firman et.al)

Syarat umum standar mutu jagung :
•Bebas dari hama penyakit
•Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya
•Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida
•Memiliki suhu normal.

Syarat khusus standar mutu jagung

Parameter
Mutu
I
II
III
IV
Kadar air maksimum(%)
Butir rusak maksimum (%)
Butir warna lain maksimum (%)
Butir pecah maksimum (%)
Kotoran Maksimum (%)
14
2
1
1
1
14
4
3
2
1
15
6
7
3
2
17
8
10
3
2
Warintek (2007) dalam Firman et.al.


Disadur dari :
Firman et.al Penanganan Pascapanen Jagung. Balit Serealia,  Maros.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/11/duasatu.pdf.