Penyakit blas yang disebabkan
oleh jamur Pyricularia grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman
padi gogo, tetapi kini menyebar di lahan sawah irigasi.
Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan.
Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Jamur P. grisea mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan.
JENIS BLAS BERDASARKAN FASE
TUMBUH PADI :
a. Blas Daun
Penyakit blas menginfeksi tanaman padi pada fase vegetatif dan
generatif. Pada fase vegetatif, P. grisea menginfeksi daun disebut blas daun
(“leaf blast”). Gejalanya, berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat
dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan
biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
b. Blas Leher
Pada fase generatif, P. grisea menginfeksi leher malai
yang disebut blas leher (“neck blast”). Akibatnya, ujung tangkai malai menjadi
busuk, mudah patah dan gabah hampa. Berdasarkan gejala ini, penyakit blas pada
fase generatif lebih dikenal dengan nama potong leher atau busuk atau penyakit
busuk pangkal malai. Penyakit blas pada fase generatif (potong leher) lebih merugikan
daripada blas daun (fase vegetatif)
PENGENDALIAN BLAS
1. Penggunaan Benih Sehat
Pengendalian penyakit blas akan efektif bila dilaksanakan
sedini mungkin, karena penyakit blas dapat ditularkan
melalui benih dan bisa dilakukan melalui :. Perlakuan benih dengan fungisida sistemik seperti pyroquilon (5-10 g/kg benih). Perendaman Benih
(soaking) dalam larutan fungisida selama 24 jam dan selama
periode ini larutan diaduk selama merata setiap 6 jam. Perbandingan berat benih
dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg benih : 2 liter air). Benih yang telah
direndam dianginkan. Pada padi sawah perendaman
dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.. Pelapisan Benih (coating
Cara ini lebih efektif dari pada cara pertama dan lebih cocok untuk lahan
kering (gogo). Benih dibasahi dengan cara merendam beberapa jam kemudian
ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida yang digunakan dengan dosis
tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, benih
dikeringanginkan dengan cara yang sama seperti metode sebelumnya dan
selanjutnya siap tanam.
2. Pengaturan jarak tanam
Jarak tanam yang rapat akan mempermudah terjadinya infeksi dan
penularan dari satu tanaman ke tanaman yang lain. Untuk itu dianjurkan jarak
tanam dengan jajar legowo, yang. akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi
pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar
tanaman sebagai media penularan pathogen
3. Pemupukan Nitrogen dan
Kalsium secara tepat
Pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blas.
Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan
tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya
dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit
blas
4. Penanaman Varietas Tahan.
Usaha pengendalian penyakit blas salah satu yang efektif adalah
dengan penggunaan varietas padi yang tahan seperti Inpari 34 Salin Agritan,
Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago7, Inpago 8,
Inpago 10, Limboto, Way Rarem, dan Jatiluhur.
5. Penyemprotan dengan
fungisida
Efektif penggunaan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan
6 minggu dan selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman (Santoso dan
Nasution dalam Sudir Et.Al 2014). Hasil percobaan yang telah dilaksanakan pada
beberapa musim menunjukkan beberapa fungisida yang efektif terhadap P. oryzae,
antara lain Benomyl 50 WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, Isoprotiolan 40%, dan
difenoconazol 25% (Sudir et al. 2014). Untuk menekan populasi blas sebelum
menyerang leher, perlu dilakukan penyemprotan fungisida minimum 2 kali yaitu
pada saat anakan maksimum dan awal berbunga
6. Penanganan jerami
Jamur P.grisea penyebab blas dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman
padi/ jerami dan biji dari pertanaman padi sebelumnya, sehingga sumber hidup
inokulum selalu tersedia dari musim ke musim. pembenaman jerami dibenam dalam
tanah sebagai kompos, akan membuat miselia dan spora mati karena naiknya suhu
selama proses dekomposisi. Jerami mengandung Unsur hara silika yang dibutuhkan
oleh padi, fungsi silica adalah meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama
dan penyakit termasuk penyakit blast. pemanfaatan jerami padi atau sekam padi
melalui proses pengomposan jerami, pemberian silika dapat menurunkan serangan
blast
7. Pergiliran varietas
Karna Patogen P. grisea mampu membentuk ras baru yang banyak dan
mudah beradaptasi, maka sangat dianjurkan untuk tidak menanam 1 varietas padi
secara berulang – ulang.
Acuan :
Sudir et.al,
2014. Penyakit Blas Dan Strategi Pengendalian, Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi. Sukamandi.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=394831&val=6422&title=Penyakit%20Blas%20Pyricularia%20grisea%20pada%20Tanaman%20Padi%20dan%20Strategi%20Pengendaliannya
Santoso dan A.
Nasution. 2008. Pengendalian penyakit blas dan penyakit cendawan lainnya
No comments:
Post a Comment