Tuesday 7 July 2020

ADAPTASI BUDIDAYA JAGUNG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM


Tanaman jagung merupakan tanaman pangan pokok kedua di Indonesia setelah padi, peningkatan produktivitas jagung dilakukan melalui tehnik budidaya yang tepat. Perubahan iklim seperti Kemarau panjang menyebabkan tanaman kekeringan dan panjangnya periode hujan yang merendam sebagian area pertanaman adalah dampak dari perubahan iklim
Di musim hujan, kondisi tanah menjadi lembab dan bisa mengundang penyakit jamur akibat jamur / cendawan seperti bulai, busuk batang dan lain sebagainya. Tanaman jagung berbeda dengan komoditi padi sawah. Tanaman jagung membutuhkan curah hujan relative sedikit dibanding padi. Tanaman jagung akan tumbuh normal pada kisaran curah hujan sekitar 250 – 500 mm. lebih atau kurang pada angka tersebut akan menurunkan hasil jagung
pada musim hujan intensitas sinar matahari akan menjadi berkurang, padahal tanaman jagung membutuhkan sinar matahri langsung dan penuh sepanjang hari terutama untuk proses fotosintesis. Pada fotosintesis, sinar matahari berperan langsung pada proses pemasakan tanaman yang kemudian ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman. Hasil fotosintesis akan disalurkan kecalon buah proses pengisian buahpun akan bertambah baik.
Untuk budidaya jagung peralihan musim adala melakukan tehnik budidaya jagung dengan menyesuaikan kondisi iklim melalui :
1). Penggunaan varietas toleran
Menghadapi musim kering / kemarau beberapa varietas jagung yang toleran terhadap kekeringan yang diproduksi oleh Balitsereal yaitu : Lamuru (komposit) umur 90 hari, dari perusahaan raksasa PT. DuPont P36 Bekisar umur 90 hari potensi hasil 13 MT/Ha, P27 Gajah,  Demikian pula dampak perubahan iklim adalah terjadinya hujan berkepanjangan yang berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman jagung. Jagung termasuk jenis tanaman yang tidak tahan genangan karena mengganggu proses aerasi dan respirasi tanaman. Beberapa galur dilaporkan mampu mengembangkan mekanisme untuk mengatasi cekaman/defisit oksigen di samping ada pula yang menjadi toleran/adaptif. Pada Tahun 2010 telah didapatkan 4 galur toleran genangan dengan potensi hasil 8-9 t/ha
2).  Penggunaan varietas genjah
Varietas jagung genjah seperti : Bima 7 (Hibrida) umur 89 hari potensi hasil 12 Ton/Ha, Bima 8 (Hibrida) umur 88 hari potensi hasil 11,7 Ton dan Gumarang (Komposit) umur 82 hari potensi hasil 8 Ton/Ha. Sedangkan umur super genjah ST201054 umur
3). Penggunaan varietas Tahan OPT 
Seperti diketahui bahwa curah hujan yang tinggi membuat lingkungan menjadi lembab, sehingga tanaman jagung rentan terserang penyakit akibat cendawan seperti bulai, busuk batang, karat daun dan sebagainya
Meningkatnya populasi OPT akibat perubahan iklim menuntut adanya varietas jagung yang adaptif terhadap perkembangan dinamika hama dan penyakit di lapangan. Penyakit Bulai misalnya, merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kehilangan hasil. Beberapa varietas jagung yang tahan terhadap OPT adalah : Bima 3 Bantimurung (Hibrida) toleran penyakit bulai, Lagaligo (Komposit) Toleran terhadap penyakit bulai, G1-G2 toleran kumbang bubuk.
4). Pengelolaan Lahan dan cara tanam
a. Pembuatan Drainase
Pada musim hujan pembuatan drainase / parit ini bertujuan untuk membuang air sehingga tanaman tidak tergenang saat musim hujan, parit dibuat memanjang / garis lurus dengan jarak antar ruas sekitar 3 – 4 Meter
b. Pengaturan jarak tanam
Anjuran populasi tanaman jagung per Hektar adalah 66.000 – 75.000 untuk mencapai populasi anjuran maka yang dapat digunakan adalah 75 cm x 20 cm 1 biji per lubang atau 75 cm x 40 cm 2 biji per lubang untuk tanah-tanah subur atau tanaman di musim hujan, Pengaturan jarak tanam ini bertujuan agar tanaman tidak terlalu rapat sehingga tidak terlalu lembab yang dapat memicu munculnya penyakit akibat cendawan, selain itu, tanaman jagung mendapat sinar matahari yang cukup.  Sedangkan pada musim kemarau jarak tanam sedikit dipersempit yaitu 70 cm x 20 cm 1 biji per lubang atau 70 cm x 40 cm 2 biji per lubang ditujukan untuk tanah-tanah kurang subur atau tanaman di musim kemarau. Pada musim kemarau tanam 2 biji perlubang perlu dipertimbangkan karena memungkinkan perebutan unsur hara dan ketersediaan air
c. Pemangkasan daun daun tua
Pengaturan jumlah daun diharap akan meningkatkan efisien proses fotosintesis. Pada daun tua akan menurunkan proses fotosintesis dan meningkatkan kelembaban, sehingga berpotensi menyebabkan kompetisi . 
Daun daun tua yang dipangkas adalah daun yang telah tua yang berada dibawah tongkol buah atau dibawah pemukaan tanah.daun tersebut dianggap tidak lagi optimal dalam melakukan proses fotosintesis, selain itu agar pemanfaatan sinar matahari lebih efisien. Pemangkasan tersebut dilakukan pada saat persarian tanaman jagung. Tujuan pemangkasan in I adalah selain mengurangi tingkat kelembaban tanah, yang paling utama adalah agar distribusi asimilat dapat lebih terkonsentrasi kebagian toingkol, dan tidak terbagi ke bagian organ lain.


Pustaka :
Muhammad Et. Al (2013). Inovasi Teknologi Adaptasi Tanaman Jagung Terhadap Perubahan Iklim. Balisereal
https://www.academia.edu/10237128/INOVASI_TEKNOLOGI_ADAPTASI_TANAMAN_JAGUNG_TERHADAP_PERUBAHAN_IKLIM
Anonim, 2015. Pengaruh Waktu Pemangkasan Daun Jagung Terhadap Produktivitas
http://gogreenpertanian.blogspot.com/2015/09/pengaruh-waktu-pemangkasan-daun-jagung.html